Tuesday, November 14, 2017

Perkawinan Minang Tradisional


PERKAWINAN MINANG TRADISIONAL

Pesta perkawinan merupakan suatu hal sangat istimewa bagi pasangan mempelai dan keluarga mereka. Tiap tiap daerah memiliki aturan dan tata cara tersendiri yang terikat dalam budaya yang mereka jalankan. Dalam tatanan masyarakat Minang di Sumatera Barat, pernikahan mereka lakukan sesuai dengan Ajaran Islam sedangkan pesta perkawinan mengacu pada adat istiadat yang mereka jalankan yang sudah turun temurun. Saat pesta perkawinan digelar, serangkaian prosesi adat dijalankan diantaranya penyambutan mempelai laki laki di rumah mempelai perempuan dengan cara berbalas pantun, penyebutan panggilan untuk mempelai laki laki (dinamai gelar) dan lain sebagainya.
Mempelai laki laki disebut "Marapulai" dan mempelai perempuan disebut "Anak Daro". Mereka duduk bersanding di pelaminan dengan pakaian kebesaran dan segala pernak pernik ciri khas etnis minang. Pelaminan dengan motif ukiran etnis minang dihiasi dengan pernak pernik yang didominasi warna merah dan kuning sebagai lambang kebesaran budaya minangkabau.

Saat pesta perkawinan berlangsung, hal yang juga istimewa adalah makanan yang dihidangkan kepada tamu. Sudah menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan adalah menghidangkan "Rendang" atau "Kalio Daging" sebagai menu utama. Rendang dengan bahan daging sapi dicampur dengan santan dan racikan berbagai macam bumbu dengan takaran yang pas khas masakan minang menjadi menjadi menu idola di setiap pesta perkawinan. Rendang juga pernah dinobatkan CNN travel sebagai makanan terlezat dunia tahun 2013. Beda antara rendang dengan kalio terletak pada santannya, bila kalio masih berkuah santan sementara rendang sudah tidak bersantan lagi tapi hanya dedak dedak santan yang tidak berkuah.



TRADITIONAL MINANG MARRIAGE

The wedding party is a very special thing for the couple and their family. Each region has its own rules and ordinances that are bound in the culture they run. In Minang society order in West Sumatra, their marriage is doing according to Islamic teachings while marriage party refers to the customs that they run that have been hereditary. When the wedding party was held, a series of traditional processions were conducted, among others, the welcoming of the bridegroom at the bride's house in a rhymed manner, the mention of a call to the groom (named after the title) and so forth. The groom is called "Marapulai" and the bride is called "Son Daro". They sat side by side in the aisle with oversize clothes and all the trinkets characteristic of ethnic Minang. Pelaminan with ethnic minang carving motif decorated with knick knacks dominated by red and yellow as a symbol of the greatness of minangkabau culture.

As the wedding party takes place, what is also special is the food that is served to the guests. It is a tradition that can not be separated is serving "Rendang" or "Kalio Meat" as the main menu. Rendang with beef ingredients mixed with coconut milk and concoction of various spices with a dose that fits typical Minang cuisine becomes an idol menu at every wedding party. Rendang has also been named CNN travel as the world's best food of 2013. The difference between rendang and kalio is located in coconut milk, if kalio is still coconut milk while rendang is not coconut milk again but only bran coconut milk that is not sauced.


ANALYSIS:

1. Marapulai: In Minang, the groom is called “Marapulai”. It’s traditional word.
2. Son Daro: In Minang, the bride is called “Anak Daro”. Google only translated “Son” because Daro is traditional word from Minang.
3. Rendang: Rendang is a traditional food from West Sumatera.
4. Kalio Meat: In West Sumatera there is a food called “Daging Kalio”. It’s traditional food. Google only translated the “Meat” because there is no “Kalio” word in vocabulary.

No comments:

Post a Comment