Dibuat oleh Chinnia Rheza Gudhy Rangkuty dan Laila Fitria
Tuesday, November 14, 2017
Video Pembelajaran - Passive Voice
https://www.youtube.com/watch?v=_eZYJ4PPI54
Dibuat oleh Chinnia Rheza Gudhy Rangkuty dan Laila Fitria
Dibuat oleh Chinnia Rheza Gudhy Rangkuty dan Laila Fitria
Perkawinan Minang Tradisional
PERKAWINAN
MINANG TRADISIONAL
Pesta
perkawinan merupakan suatu hal sangat istimewa bagi pasangan mempelai
dan keluarga mereka. Tiap tiap daerah memiliki aturan dan tata cara
tersendiri yang terikat dalam budaya yang mereka jalankan. Dalam
tatanan masyarakat Minang di Sumatera Barat, pernikahan mereka
lakukan sesuai dengan Ajaran Islam sedangkan pesta perkawinan mengacu
pada adat istiadat yang mereka jalankan yang sudah turun temurun.
Saat pesta perkawinan digelar, serangkaian prosesi adat dijalankan
diantaranya penyambutan mempelai laki laki di rumah mempelai
perempuan dengan cara berbalas pantun, penyebutan panggilan untuk
mempelai laki laki (dinamai gelar) dan lain sebagainya.
Mempelai
laki laki disebut "Marapulai" dan mempelai perempuan
disebut "Anak Daro". Mereka duduk bersanding di pelaminan
dengan pakaian kebesaran dan segala pernak pernik ciri khas etnis
minang. Pelaminan dengan motif ukiran etnis minang dihiasi dengan
pernak pernik yang didominasi warna merah dan kuning sebagai lambang
kebesaran budaya minangkabau.
Saat
pesta perkawinan berlangsung, hal yang juga istimewa adalah makanan
yang dihidangkan kepada tamu. Sudah menjadi tradisi yang tidak dapat
dipisahkan adalah menghidangkan "Rendang" atau "Kalio
Daging" sebagai menu utama. Rendang dengan bahan daging sapi
dicampur dengan santan dan racikan berbagai macam bumbu dengan
takaran yang pas khas masakan minang menjadi menjadi menu idola di
setiap pesta perkawinan. Rendang juga pernah dinobatkan CNN travel
sebagai makanan terlezat dunia tahun 2013. Beda antara rendang dengan
kalio terletak pada santannya, bila kalio masih berkuah santan
sementara rendang sudah tidak bersantan lagi tapi hanya dedak dedak
santan yang tidak berkuah.
TRADITIONAL
MINANG MARRIAGE
The wedding party is a very special thing for the couple and their
family. Each region has its own rules and ordinances that are bound
in the culture they run. In Minang society order in West Sumatra,
their marriage is doing according to Islamic teachings while marriage
party refers to the customs that they run that have been hereditary.
When the wedding party was held, a series of traditional processions
were conducted, among others, the welcoming of the bridegroom at the
bride's house in a rhymed manner, the mention of a call to the groom
(named after the title) and so forth. The groom is called "Marapulai"
and the bride is called "Son Daro". They sat side by
side in the aisle with oversize clothes and all the trinkets
characteristic of ethnic Minang. Pelaminan with ethnic minang carving
motif decorated with knick knacks dominated by red and yellow as a
symbol of the greatness of minangkabau culture.
As the wedding party takes place, what is also special is the food that is served to the guests. It is a tradition that can not be separated is serving "Rendang" or "Kalio Meat" as the main menu. Rendang with beef ingredients mixed with coconut milk and concoction of various spices with a dose that fits typical Minang cuisine becomes an idol menu at every wedding party. Rendang has also been named CNN travel as the world's best food of 2013. The difference between rendang and kalio is located in coconut milk, if kalio is still coconut milk while rendang is not coconut milk again but only bran coconut milk that is not sauced.
ANALYSIS:
1. Marapulai: In Minang, the groom is called “Marapulai”. It’s
traditional word.
2. Son Daro: In Minang, the bride is called “Anak Daro”. Google
only translated “Son” because Daro is traditional word from
Minang.
3. Rendang: Rendang is a traditional food from West Sumatera.
4. Kalio Meat: In West Sumatera there is a food called “Daging
Kalio”. It’s traditional food. Google only translated the “Meat”
because there is no “Kalio” word in vocabulary.
Subscribe to:
Posts (Atom)